KATA PENGANTAR
Assalammualaikum warrahmatullahi wabarakatu.
Salam sejahtera untuk kita semua
Puji
syukur kami ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah mengenai kelompok bermain/kelompok persahabatan.
Di
dalam makalah ini tentunya banyak ditemukan kekurangan dan kesalahan, untuk itu
kami mohon kerjama sama dari pembaca untuk menyampaikan kritik dan sarannya
untuk kesempurnaan makalah ini.
Kami
ucapakan terima kasih atas kritik dan saran yang pembaca berikan, kami mohon
maaf bila ada kesalahan penulisan dll. Kepada Allah SWT kami mohon ampun.
Terima kasih.
Wassalammualaikum warrahmatullahi
wabarakatu.
Bengkulu,
15 Januari 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman judul...............................................................................................1
Kata
Pengantar.............................................................................................2
Daftar Isi.......................................................................................................3
BAB I
Pendahuluan.......................................................................................4
BAB II
Pembahasan.......................................................................................5
Study
Kasus...................................................................................................8
BAB III Kesimpulan.......................................................................................10
Gambar.......................................................................................................11
Daftar
Pustaka............................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Dalam pergaulan remaja atau anak-anak,
kebutuhan untuk dapat diterima bagi setiap individu merupakan suatu hal yang
sangat mutlak sebagai mahluk sosial. Setiap anak yang memasuki usia remaja akan
dihadapkan pada permasalahan penyesuaian sosial, yang diantaranya adalah
problematika pergaulan teman sebaya. Pembentukan sikap, tingkah laku dan
perilaku sosial remaja banyak ditentukan oleh pengaruh lingkungan ataupun
teman-teman sebaya.
Dewasa
ini banyak terjadi fenomena yang sangat miris terjadi pada remaja-remaja
sekolah disekeliling kita, pengaruh negatif dari hubungan interaksi sosial
dalam kelompok teman sebaya.
Dari
latar belakang tersebut penulis tertarik untuk membahas pengaruh negatif
hubungan interaksi sosial khususnya kelompok bermain atau kelompok
persahabatan.
Tujuan
Tujuan
diadakannya pembahasan ini adalah untuk mengetahui pengaruh negatif hubungan
interaksi sosial dalam kelompok teman sebaya/kelompok bermain. Dan mengetahui
cara mengatasinya dengan cara yang efektif/
Agar
kita semua bisa mengerti dan memahami dampak negatif dari hubungan interaksi
sosial dan bisa menghindari dampak negatifnya.
BAB
II
PEMBAHASAN
1. Pengertian kelompok Pertemanan
Kelompok
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berkaitan, berinteraksi dan
saling mempengaruhi dalam perilaku untuk mencapai tujuan bersama. Kelompok
teman sebaya adalah kelompok persahabatan yang mempunyai nilai- nilai dan pola
hidup sendiri, di mana persahabatan dalam periode teman sebaya penting sekali
karena merupakan dasar primer mewujudkan nilai- nilai dalam suatu kontak
sosial. Jadi kelompok teman sebaya merupakan media bagi anak untuk mewujudkan
nilai- nilai sosial tersendiri dalam melakukan prinsip kerjasama, tanggungjawab
dan kompetisi.
2. Hakekat kelompok Pertemanan
Anak
berkembang di dalam dua dunia sosial:
a.
Dunia
orang dewasa, yaitu orang tuanya, guru- gurunya dan sebagainya.
b.
Dunia
teman sebaya, yaitu sahabat- sahabatnya, kelompok bermain, perkumpulan-
perkumpulan.
Setiap
kelompok memiliki peraturan- peraturanya sendiri, tersurat maupun tersirat,
memiliki tata sosialnya sendiri, mempunyai harapan- harapannya sendiri bagi
para anggotanya.
Setiap
kelompok sebaya juga mempunyai kebiasaan- kebiasaan, tradisi-tradisi, perilaku,
bahkan bahasa sendiri. Kelompok sebaya merupakan lembaga sosialisasi yang
penting disamping keluarga, sebab kelompok sebaya juga turut serta mengajarkan
cara- cara hidup bermasyarakat.
Biasanya
antara umur empat dan tujuh tahun dunia sosial anak mengalami perubahan secara
radikal, dari dunia kecil yang berpusat di dalam keluarga ke dunia yang lebih
luas yang berpusat pada kelompok sebaya.
Anak cenderung merasa nyaman berada bersama- sama
teman- teman sebayanya dari pada berada bersama orang- orang dewasa, meskipun
orang- orang dewasa tersebut bersikap menerima dan penuh pengertian.
3. Macam- macam Kelompok Pertemanan
Menurut
Hurlock ada beberapa lima macam kelompok teman sebaya dalam remaja, antara lain
:
a.
Teman
Dekat : Remaja biasanya mempunyai dua atau tiga orang teman dekat.
b.
Teman
Kecil : Kelompok ini biasanya terdiri dari kelompok teman- teman dekat.
c.
Kelompok
Besar : Kelompok besar terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok teman
dekat.
Karena kelompok ini besar maka penyesuaian
minat berkurang di antara anggota- anggotanya sehingga terdapat jarak sosial
yang lebih besar di antara mereka.
d. Kelompok
Terorganisasi : Kelompok pemuda yang dibina oleh orang dewasa, dibentuk oleh
sekolah dan organisasi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan sosial para remaja
yang tidak mempunyai kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok
seperti ini merasa diatur dan berkurang minatnya ketika berusia 16- 17 tahun.
e.
Kelompok
Gang : Remaja yang tidak termasuk kelompok besar dan tidak merasa puas dengan
kelompok yang terorganisasi, mungkin akan mengikuti kelompok gang. Anggota
biasanya terdiri dari anak- anak sejenis dan minat mereka untuk menghadapi
penolakan teman- teman melalui perilaku anti sosial.
Dalam konteks agama, pertemanan dan
persahabatan mendapat perhatian serius. Ada sekian banyak dalil yang menegaskan
bahwa seseorang harus “melihat” siapa yang akan dijadikan teman, hak-hak, dan
kewajiban pertemanan.
Karenanya tidak berlebihan jika
dikatakan bahwa untuk menilai seseorang dapat dilakukan dengan melihat dari
komunitas teman yang melingkupinya.
Teman adalah orang yang turut
mempengaruhi kehidupan orang lain lewat pertemanan yang hubungan yang terjalin,
sesuai dengan ungkapan su’u al-khuluqi yu’di (akhlak yang buruk itu menular).
Peribahasa ini juga berkonotasi sebaliknya, yakni bahwa yang menular dari
sebuah pertemanan itu tidak hanya keburukannya tapi juga kebaikannya.
Ini berarti bahwa husn al-khuluqi
yu’di (akhlak yang baik itu menular). Pemilihan teman atau sahabat secara benar
akan menentukan baik-buruknya pengaruh yang didapat dari sebuah pertemanan.
Sukses masa depan turut ditentukan
oleh banyaknya teman dan relasi disamping tentunya kemampuan-kemampuan
individual yang lain. Dalam konsep multiple intelligences (kecerdasan ganda),
dikenal adanya kecerdasan sosial atau interpersonal. Seseorang yang memiliki
kecerdasan ini biasanya memiliki banyak kawan, cepat akrab, supel, dan mampu
menggerakkan banyak orang untuk sebuah kegiatan.
Dalam hal ini perlu dipertimbangkan
untuk dapat belajar dari organisasi santri (siswa) di kalangan pesantren yang
telah berjalan dengan baik bahkan sukses mengelola koperasi santri dengan omset
hingga ratusan juta rupiah.
Pada gilirannya
kesempatan berorganisasi ini akan memberikan pengalaman pertemanan berharga
yang diharapkan banyak bermanfaat bagi mereka pada masa yang akan datang.
Pertemanan dan
persahabatan yang baik merupakan aset seseorang untuk masa depannya. Lewat
penumbuhan aset ini diharapkan seorang peserta didik akan menuai kesuksesan
pada waktu berikutnya.
Bukankah para pakar
sepakat bahwa kesuksesan hidup tidak dapat digantungkan semata-semata pada
kecerdasan intelektual (logis-matematis). Karenanya, perlu pula dikembangkan
kecerdasan-kecerdasan yang lain termasuk kecerdasan sosial/interpersonal guna
menyempurkan kesuksesan itu. Dalam hal ini sekolah yang memiliki 1/3
“hidup” siswa dapat mengambil perannya.
4. Peranan Positif Kelompok Pertemanan
ü Rasa aman dan dianngap penting dalam
kelompok akan snagat berguna bagi perkembangan jiwa anak.
ü Perkembangan kemandirian remaja
tumbuh dengan baik dalam kelompok persahabatan.
ü Remaja mendapat tempat yang baik bagi
penyaluran rasa kecewa, takut, khawatir, gembira, dan sebagainya yang mungkin
tidak didapatkan di rumah.
ü Melalui interaksi dalam kelompok,
remaja dapat mengembangkan berbagai keterampilan sosial yang berguna bagi
kehidupannya kelak.
ü Pada umumnya, kelompok persahabatan
mempunyai pola perilaku dan kaidah-kaidah tertentu yang mendorong remaja untuk
bersikap lebih dewasa.
ü Mengembangkan keterampilan
berorganisasi dan kepemimpinan.
ü Menumbuhkan rasa kesetiakawanan
sosial.
ü Rela berkorban untuk sesama anggota
kelompok sehingga timbul rasa solidaritas
ü Menyalurkan semangat patriotisme.
ü Rasa aman yang
ditimbulkan karena remaja diterima oleh kelompoknya akan menimbulkan
dorongan untuk hidup secara mandiri (artinya tidak bergantung pada
siapapun).
5. Dampak Negatif dari Geng
Ø
Geng mendorong anggotanya untuk bersikap
diskriminatif terhadap yang bukan anggota klik (hal ini mungkin menim
bulkan sikap dan perilaku yang kurang adil).
Ø
Geng mendorong terjadinya individualisme karena
rasa kepatuhan hanya dikembangkan secara pribadi (individual).
Ø
Kadang-kadang
timbul rasa iri hati dari anggota-anggota geng yang berasal dari keluarga
kurang mampu terhadap mereka yang berasal dari keluarga yang berada.
Ø
Kesetiaan
terhadap geng kadang-kadang mengakibatkan terjadinya pertentangan dengan
orangtua, saudara, atau kerabatnya.
Ø
geng
merupakan suatu kelompok tertutup yang sulit sekali ditembus sehingga
penilaian terhadap sikap perilaku anggotanya sukar dilakukan oleh pihak
luar.
Ø
Suatu
geng mendorong anggota-anggotanya untuk menyerasikan diri dengan pola
kehidupan yang sama latar belakangnya sehingga sulit untuk mengadakan
penyesuaian dengan pihak-pihak yang berbeda latar belakangnya.
Study Kasus
Nama saya Erna
siswi di salah satu SMA Negeri di Garut
Awal saya masuk
sekolah saya sudah dimusuhi oleh salah satu kelompok yang paling disegani di
sekolah karena saya cantik dan banyak kakak tingkat yang suka sama saya.
Saya kerap
dianiaya oleh mereka, di kata-katain, dijambak sampai di tendang, suatu ketika
saya bernegosiasi dengan mereka untuk masuk ke kelompok mereka, karena saya
tidak mau dimusuhi oleh mereka saya masuk ke kelompok mereka, sejak saat itu
saya menjadi salah satu cewe modis, popular dan berkuasa disekolah,
persahabatan kami sangat dekat kami sangat setia kawan,
Dari mereka saya
nyoba-nyoba merokok, minum alcohol, taruhan dapetin pacar, bolos dari kelas,
dan itu sangat menyenangkan, mereka sangat baik, setia kawan, suka ngejajain,
saling pinjam baju. saat itu saya tidak merasa ada yang salah, saya senang saja
diakui dan menjadi siswa popular di sekolah lagi pula mereka sangat baik.
Namun suatu
ketika saya disuruh oleh ketua kelompok untuk melabrak teman dekat saya sebelum
saya berteman dengan mereka.
Gara-gara saya
teman dekat saya jadi menderita, dan saya juga menyadari ternyata selama ini
saya diamanfaatkan oleh mereka, dari sana saya memutuskan untuk pindah sekolah
Analisis Study
Kasus
Interaksi
sosial dalam kelompok teman sebaya bisa berpengaruh positive maunpun negative
Fenomena interaksi social yang terjadi pada Erna menunjukan interaksi yang menyimpang,
Dalam kelompok tersebut terjadi hubungan timbal balik lebih dari dua orang,
mereka memainkan peran secara aktif. Jenis kelompok teman sebaya yang Erna
alami yaitu jenis gang yaitu kelompok remaja yang tidak termasuk kelompok besar
dan tidak merasa puas dengan kelompok yang terorganisasi, sehingga mereka
mendirikan kelompok gang. Anggota biasanya terdiri dari anak- anak
sejenis dan minat mereka adalah untuk menghadapi penolakan teman- teman melalui
perilaku antisosial
Gang memiliki sifat antisocial, mereka mengeklusifkan diri mereka dan bertindak
seenaknya, mereka lebih suka memikirkan hal-hal yang dekat, terjangkau dan
berbau senang-senang atau fun. Pada umumnya mereka ditolak oleh
teman-teman yang lainnya maupun oleh masyarakat, sehingga mereka memiliki
kohesivitas yang tinggi.
Gang yang Erna ikuti merupakan kelompok wanita popular, paling cantik dan
modis, dan menguasai sekolah sehingga ketika ada siswi baru yang lebih cantik
dan menjadi popular lebih dari mereka, mereka tidak akan terima kemudian mereka
berusaha membuat anak baru itu menderita.
Sebelumnya
Erna menjadi korban kekerasan anggota gang tersebut namun pada akhirnya karena
factor sugesti yaitu pengaruh psikis yang dirasakan oleh Erna, suatu perasaan
tidak ingin diperlakukan tidak baik lagi sehingga dia menerima tawaran untuk
bergabung dengan gang tersebut. ditengah-tengah dia merasakan kebahagiaan namun
pada akhirnya dia menyadari bahwa interaksi tersebut berpengaruh negative
terhadap dirinya.
Kasus
Erna menunjukkan bahwa pengaruh negative interaksi sosial dalam kelompok teman
sebaya dalam hal ini gang, mengarah kepada perilaku menyimpang, karena terdapat
penyimpangan perilaku dari berbagai aturan-aturan sosial ataupun dari nilai dan
norma social yang berlaku.
Dalam
persahabatan dalam hal ini gang interaksi yang terjalin sangat begitu kuat
karena didalamnya ada suatu system dan norma-norma kelompok yang mengatur,
seperti harus mengerjai siswa baru yang blagu, ini sudah menjadi kesepakan
bersama dan menjadi pemersatu, mereka sulit dipisahkan, individu yang keluar
dari kelompok itu, maka dia akan mendapatkan sanksi sosial dari masyarakat dan
dari kelompoknya sendiri, justru dengan berkumpul dengan gangnya dia akan lebih
percaya diri dan merasa ada yang melindungi.
Jadi
pengaruh negative interaksi sosial dalam gang yaitu erat sekali akan terjadinya
perilaku menyimpang yaitu kenakalan remaja. Remaja yang masuk ke dalam gang,
dia akan terikat oleh norma-norma kelompok dan melakukan penyimpangan sebagai
bentuk anti sosial
BAB III
KESIMPULAN
Pengaruh negative interaksi sosial dalam
kelompok teman sebaya (gang) di sekolah berkorelasi dengan perilaku menyimpang
yaitu kenakalan remaja, maka pengaruh negative yang ditimbulkan oleh interaksi
sosial dalam kelompok teman sebaya yang jenisnya gang adalah kenakalan remaja,
bentuk kenakalan remaja bermacam-macam dan akibatnyapun bermacam-macam, sebagai
mahluk sosial selain berpengaruh terhadap pelakunya sendiri juga berpengaruh
terhadap system sekolah dan system masyarakat
Kenakalan
remaja lahir dari suatu system, baik keluarga, sekolah maupun masyarakat,
keluarga yang tidak harmonis akan membuat remaja mencari pelarian, sekolah yang
tidak menerapkan budaya normative dan disiplin yang baik maka sekolah akan
menjadi tempat yang subur bagi kenakalan remaja, kemudian moral yang lemah di
masyarakat akan membuat perilaku menyimpang sudah menjadi hal biasa. Maka dari
itu iklim-iklim yang menjunjung tinggi nilai keharmonisan, normative dan moral
harus sangat diperhatikan dan diterapkan bersama dalam suatu system sosial.
GAMBAR KELOMPOK
PERTEMANAN :
DAFTAR
PUSTAKA
Tim sosiologi.2007.Sosiologi 1.Jakarta:yudhistira
Tidak ada komentar:
Posting Komentar